Sabtu, 17 Oktober 2015

Berjalan bersama Tuhan dalam memilih pilihan hidup di masa depan
=========================================

Tanggal 7-9 Oktober 2015 adalah hari yang sangat kutunggu-tunggu karena pada tanggal itu, akhirnya kami, murid-murid kelas XIIA1 akan pergi retret. Tema dari retret ini adalah  “berjalan bersama Tuhan menuju masa depan”. Berdasarkan panduan yang diberi oleh Pak Mardhi, Tujuan yang mau dicapai melalui program retret ini adalah:
1. membantu siswa kelas XII agar semakin mengenal diri kita dengan segala kaunikannya, kekurangan dan kelebihannya, terutama nilai-nilai hidup yang akan menjadi pegangan hidup mereka sehingga semakin mensyukuri anugerah Tuhan.
2. membantu kita agar semakin mantab dengan pilihan hidup mereka khususnya pilihan studi lanjut di perguruan tinggi.
3. membantu kita agar semakin menyadari kehadiran Tuhan dalam setiap perjalanan hidup mereka.
 4. semakin memantabkan iman Katolik kita

Program ini diadakan dengan dua gelombang. Ret ret kelasku ini adalah retret gelombang terakhir sehingga kelas lain sudah perjalanan pulang sedangkan kelas ku baru dalam perjalanan menuju tempat retret. Retret gelombang II ini di adakan di Puri Asih dengan guru pembimbing Pak Agus dan Bu Ina. Pada seluruh sesi yang ada, kita diajak untuk silentium yaitu hening untuk merenung.

Pada hari pertama, sesi dimulai setelah istirahat dan snack sore sekitar jam 4. Sesi diawali dengan perkenalan dari pembicara yang merupakan seorang daikon, frater, dan romo. Mereka semua adalah OFM jadi mereka semua berasal dari Flores. Setelah sesi selesai, acara pun dilanjutkan dengan misa pembukaan. Dalam khotbah romo pada misa pembukaan ini dijelaskan bahwa kita ini adalah ciptaan Tuhan yang diciptakan sangat amat baik olehNya, dan kita punya derajat yang sama dengan laki-laki karena kita berasal dari tulang rusuk laki-laki, bukan dari kepala yang lebih tinggi maupun kaki yang lebih rendah melainkan dari tulang rusuk yang melambangkan bawha kita, para perempuan setara dengan para pria. Pada hari pertama ini kita diajak untuk lebih mengenal kepribadian diri kita masing-masing dengan tes kepribadian. Saya pribadi berdasarkan hasil tes ternyata memiliki kepribadian ISTJ. Introvert, Sensing, Thinking, Judging.

Pada hari kedua, saya menyimpulkan bahwa kami diajari untuk mengetahui masalah-masalah yang kita hadapi. Ada diskusi kelompok pada hari kedua ini mengenai masalah masalah yang pernah kita hadapi di kehidupan kita sampai saat ini.  Sering kita mengeluh akan masalah yang dialami dalam hidup kita di dunia ini, tetapi tanpa disadari tenyata masalah yang kita alami tuh tidak sebanding dengan mereka yang bahkan lebih bersyukur dibanding mereka dengan segala kekurangan yang mereka miliki. Hari kedua ini kami diberi kesempatan untuk mengaku dosa,  namun sayangnya karena keterbatasan waktu, kita tidak bisa misa pada hari ini. Pada hari ketiga kami diajak untuk mengetahui masalah lingkungan hidup yang ada di dunia saat ini dan acara pun diakhiri dengan misa penutup.

Walaupun retret ini sangat singkat, aku tetap mendapat sedikit pencerahan dari retret 3 hari 2 malam yang diselenggarakan sekolah.

Sewaktu membuat refleksi mengenai retret ini, sebenarnya aku bingung karena retret gelombang II ini berbeda dengan retret gelombang pertama. Dari cerita yang kudengar dari teman teman yang mengikuti retret gelombang pertama, mereka lebih membicarakan tentang masa depan mereka dan masalah yang mereka hadapi dalam menuju masa depan mereka. Berbeda dengan retret yang aku ikuti, retret ini aku menyimpulkan lebih menuju pada masalah yang ku hadapi masa lalu dan masa kini yang dapat mempengaruhi masa depanku.

Setelah berpikir sekian lama, akhirnya aku pun tahu apa yang harus kutulis dalam refleksi.


Gifted Hands

Tanpa kusadari, hidupku yang dulu adalah hidup yang penuh sesal. Setiap hari selalu saja aku mengeluh, berpikir bahwa aku adalah manusia tersial di bumi ini, selalu saja ada masalah yang datang dan mengganggu hidupku. Disaat aku berpikir bahwa masalah yang satu sudah selesai, ternyata datang lagi masalah yang baru. Misalnya saja sekitar 4 bulan yang lalu. Masa-masa ulangan umum telah selesai dan kukira bahwa masalah pun sudah selesai, tetapi aku teringat masih ada urusan gereja yang belum aku urus sedangkan aku adalah penanggung jawab dari kegiatan itu. Belum lagi sekarang masalah masa depan dimana aku harus memilih perguruan tinggi. Rasanya kepala sudah mau meledak karena banyaknya masalah dan tantangan yang harus kulakukan. Aku sadari bahwa selama aku hidup di dunia ini, tak mungkin masalah itu tidak datang.
Namun pada hari itu, aku pun disadarkan. Ada sebuah video mengenai sebuah keluarga yang sangat berkekurangan. Untuk makan saja, mereka memungut dari sisa makanan orang. Rasanya sangat jijik ketika mereka memungut dan memakan makanan tersebut, namun mereka tetap bersyukur atas apa yang bisa mereka dapat dan mereka tetap berdoa mengucap syukur dan terima kasih atas segala anugerah Tuhan yang bisa mereka dapat sehingga mereka bisa berkumpul bersama-sama sekeluarga untuk menyantap makanan tersebut. Rumah mereka pun tidak bisa dikatakan layak, sangat tidak layak sebenarnya. Namun dengan kondisi mereka yang menurutku sangat menyedihkan itu, mereka tetap bergembira dan tidak membiarkan orang lain mempengaruhi mereka. Mereka memang berkekurangan, tapi mereka tidak berusaha untuk melakukan tindak criminal untuk mendapatkan uang. Mereka bukan pengemis yang suka berbohong. Aku pun menjadi malu. Masalah yang aku hadapi itu tidak ada apa-apanya dibanding mereka yang serba berkekurangan, tetapi sering kali aku mengeluh akan segala masalah yang aku dapatkan, sedangkan mereka selalu bersyukur atas segala sesuatu yang mereka dapatkan
Hampir seluruh hidupku aku habiskan dengan mengeluh dan jarang sekali aku bersyukur atas segala anugerah dan rahmat yang Tuhan berikan padaku. Dalam hidup banyak tantangan yang datang.Tantangan dan masalah yang aku anggap paling krusial saat ini adalah tentang masa depan. Ya masa depan. Masa depan yang sangat menakutkan. Sampai saat itu pun aku masih bingung, bukan bingung mau ambil jurusan apa, tetapi mau mengambil universitas mana.
Sering terjadi konflik antara aku dan kedua orangtuaku mengenai universitas yang sesuai. Lebih dari 5 kali kami beragumen mengenai hal ini dan aku merasa seperti diserang. Sebenarnya aku tahu, pilihan yang diberikan orangtuaku adalah yang terbaik untukku, tapi entah mengapa aku merasa aku tidak mungkin sanggup jika aku melanjutkan perguruan tinggi disana. Aku telah mengatakan keterbatasan yang aku miliki, tetapi mereka tetap saja memaksaku. Aku kadang merasa kesal. Ini masa depanku, kenapa mereka yang menentukan.
Setelah sekian lama berpikir, akhirnya kusadari. Perkataan dan pilihan yang mereka buat adalah benar. Yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan anaknya. Mereka tahu kemampuan yang aku miliki dan mereka yakin bahwa aku bisa menjalaninya. Saat aku merasa mereka menyerang aku, saat itu aku hanya berpikir pendek dan merasa tidak yakin akan kemampuan diri sendiri, padahal sebenarnya aku bisa.
Apabila aku menerima tantangan dan masalah dalam hidup dan aku menyikapinya dengan bekerja keras dan memiliki iman akan Tuhan, tiada suatu yang mustahil. Dunia ini masih punya begitu banyak hal untuk di eksplor. Kalau aku punya keberanian untuk menerobos hal yang baru, hasilnya pasti akan sangat memuaskan sampai kadang akupun tidak percaya akan hasilnya.

Dalam mencari dan menemukan hal-hal yang baru kadang memang memerlukan waktu yang lumayan lama dan harus berpikir jernih, dan jangan sampai emosi itu berdampak buruk bagi diriku. Aku harus bisa menjaga emosi aku, jangan sampai emosi itu yang menguasi diriku.
   

-----------------------------------------------------------------------------------
Yaa ini dia refleksi yang bisa kutangkap selama retret 3 hari 2 malam itu, walaupun awalnya pasti terasa bosan dan mengantuk, tapi akhirnya pada hari terakhir kita pun bisa lumayan bersenang-senang dan juga bahagia karena mendapat sesuatu yang berguna bagi masa depan kami.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar